Oleh : Godlief
Malatuny
Nurani anak bangsa kerap kali terpojok
karena bullying yang datang silih
berganti menerpa kehidupan mereka. Meski
generasi bangsa yang terlahir di masa kemerdekaan, bebas menikmati pendidikan
yang sudah dijamin pemerintah, namun mereka tidak steril dari pahit getirnya
perilaku bullying.
Bullying merupakan tindakan yang tidak terpuji karena mengandung kekerasan baik
berupa fisik seperti memukul, menendang, dan mendorong maupun berupa verbal seperti
mengancam, mengejek, menyindir, dan mengolok-olok. Bullying biasanya akan mengacu pada perilaku yang berulang dan
terus-menerus. Oleh karena itu, tindakan ini bisa menjadi hal yang tidak
menyenangkan pada seseorang.
Tekanan
bullying ibarat virus yang
dapat menyerang dan merusak sel-sel dalam tubuh, sehingga sangat dibutuhkan
kehadiran pendidik yang bisa memberi panacea
(obat mujarab) untuk mencegah perilaku bullying.
Sebab, bullying kian merajalela
diantara anak bangsa dan sangat disayangkan jika terus dibiarkan merusak potret
pendidikan kita.
Bullying kerap kali
mengiris hati anak bangsa dapat meyakinkan kita betapa rapuhnya sistem
ketahanan pendidikan, khususnya di sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan Ida dan Komang pada tahun 2014 terhadap
176 pelajar
di Bali mengonfirmasi
hal dimaksud bahwa, bullying terjadi
di sekolah dan korbannya akan
mengalami kesulitan dalam bergaul, kesulitan berkonsentrasi dalam belajar
bahkan merasa takut ke sekolah sehingga berdampak pada penurunan prestasi
belajar.
Hasil survei yang dilakukan oleh yayasan
Semai Jiwa Amini (SEJIWA) dalam workshop anti bullying tertanggal 28 April 2006 yang dihadiri oleh kurang lebih 250 peserta dan menemukan 94,9% peserta yang menyatakan bullying memang terjadi di Indonesia khususnya di sekolah. Bullying sudah tentu dialami oleh para pelajar di Maluku, bahkan tindakan bullying di beberapa sekolah berujung pada
kekerasan, lebih parahnya lagi tindakan ini tidak diketahui oleh pendidik
karena tidak ada laporan dari para pelajar.
Tindakan seperti
memukul,
menendang, dan mendorong maupun mengancam, mengejek, menyindir, dan mengolok-olok
telah menjadi kanker kritis yang menembus kedalaman jantung kehidupan para
pelajar di Maluku. Sang pem-bully
ibarat harimau lapar melahap mangsa, tanpa tersisa rasa kemanusiaan walaupun
pelajar yang di-bully sudak tak
berdaya. Semua ini memberi gambaran jelas tentang pendidikan bangsa kita yang
sungguh memprihatinkan dan gagal dalam membangun karakter bangsa yang
bermartabat.
Tindakan penyelamatan karakter bangsa dari
serangan virus bullying mesti
dilakukan secara terus-menerus oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku,
seluruh kepala sekolah, dan pendidik di Maluku melalui beberapa langkah.
Pertama, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Maluku mesti mengadakan sosialisasi kepada seluruh pendidik di Maluku tentang program anti-bullying agar para pendidik memahami dengan baik dan
benar tentang perilaku “bullying”, dampaknya, strategi
pencegahan maupun cara menghadapi kejadian bullying, mengingat kehadiran pendidik
sebagai aktor kunci untuk menangkal bullying.
Kedua, seluruh kepala sekolah mesti membuat program gerakan
moral di lingkungan sekolah dalam bentuk apapun demi memperbanyak kebaikan di
kalangan peserta didik, agar virus bullying
bisa hilang akibat banyaknya kebaikan yang telah menjalar dalam nurani setiap
peserta didik. Penulis yakini, kebaikan akan selalu berjaya atas keburukan
apapun.
Ketiga, pendidik boleh mengambil tindakan
tegas bila peserta didik mem-bully
temannya, namun pendidik tak boleh mem-bully
peserta didik. Karena pendidik yang terdidik mesti melahirkan ucapan dan
tindakan yang mendidik. Pada dasarnya pendidik harus menjadi role model (panutan) bagi setiap peserta
didik dalam bentuk apapun.
Mari kita jadikan pendidikan formal yang
menjamin keamanan dan kenyamanan bagi setiap anak bangsa agar mereka belajar segala
hal yang baik-baik, terlebih lagi mencegah agar iklim moral sekolah tidak
tercemar oleh limbah bullying.
Sumber: http://www.cahayalensa.com/2017/11/cegah-bullying-selamatkan-karakter.html
Sumber: http://www.cahayalensa.com/2017/11/cegah-bullying-selamatkan-karakter.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar