Sabtu, 18 November 2017

PENGABDIAN SANG GURU


Yakob Godlif Malatuny, S.Pd., M.Pd

Tulisan ini mengupas kisah inspiratif sang guru sekaligus pengawas pendidikan berkelahiran Manglusi yang bernama Leonardus Batkunde, sebagai apresiasi atas hidupnya yang berwarna pengabdian bagi setiap generasi bangsa di Kecamatan Nirunmas, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Jujur, penulis mengakui bahwa jiwa sang guru hidup di masa silam karena masa kini begitu cepat melaju, namun pengabdiannya tak pernah surut ke belakang, tak mengenal kadaluwarsa, bahkan tak lekang oleh waktu.

Baginya mengabdi kepada negara yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan tugas mulia yang mesti dituntaskan dengan segenap rasa dan karsa hingga masa purna. Tak heran jika sang guru kerap kali mengutarakan kisahnya di masa silam yang sarat akan inspirasi dan berwarna pengabdian layaknya memutar himne kemenangan yang bisa menyentuh nurani dan membakar spirit setiap anak didiknya untuk selalu memandang lebih jauh, menggapai, dan melampaui asa di masa mendatang. Sebab hidup tanpa orientasi ke depan, doa dan perjuangan tak akan terwujud, hidup akan menjadi dingin, mandul bahkan membosankan.

Hidup sang guru berwarna pengabdian dan lewat motif dingin didikannya melahirkan generasi yang berguna bagi nusa-bangsa pada umumnya dan bagi warga di Kecamatan Nirunmas pada khususnya. Lebih dari itu, ia telah menapak jejak lahirnya anak didik yang bermartabat di era kekinian. Kini maupun masa mendatang anak didiknya satu per satu akan bersaksi tetang sepak terjang pengabdiannya.

Selama pengabdian sang guru yang diberi jabatan pengawas ini kerap kali diterpa oleh tantangan yang berat seperti medan menuju sekolah yang mengharuskan ia berjalan kaki karena tak ada kendaraan roda dua maupun roda empat untuk ditumpangi, cuaca musim yang kadang tak bersahabat, bahkan kondisi guru maupun sekolah yang mengharuskan ia untuk membenahi.

Kini, sang guru yang hidupnya sudah memasuki setengah abad ini menaruh harapan besar di pundak setiap guru seperti berikut. Kesatu, semua guru mestinya lebih semangat mendidik setiap anak didik, terlebih lagi guru tak boleh bolos mendidik anak didik, setiap hari mereka mesti menerima asupan ilmu di kepala. Kedua, semua guru mesti berpacu untuk meningkatkan mutu pendidikan karena realitas membuktikan hanya sebagian guru yang bersemangat meningkatkan mutu pendidikan.

Ketiga, kepala sekolah sebagai pemimpin mestinya lebih piawai dalam memanajemen sistem sekolah agar terjadi peningkatan mutu baik di kalangan guru maupun anak didik. Dan berbagai harapan besar lainnya dari sang guru yang tak dapat ditulis satu per satu dalam halaman ini akan terlihat menjadi perbuatan sepanjang pengabdiannya. Karena sang guru datang ke dunia untuk menuliskan namanya pada wajah pendidikan dengan huruf-huruf pengabdian.

Akhirnya pesan penting dari sang guru yang didiberi jabatan pengawas pendidikan bagi setiap guru di Kecamatan Nirunmas dengan mengutip catatan Najwa Shihab.
Belajar dari Ki Hajar Dewantara.
Tugas guru bukan menjejalkan pelajaran, guru harus menghidupkan pengetahuan. Kebenaran guru bukan hal yang absolut, karena murid bukan kerbau yang harus serba nurut. Kelas bukan untuk menyucikan diktat penuh angka, pengetahuan bukan ayat-ayat penuh dogma. Ilmu jangan hanya obyek hafalan, ilmu untuk memahami dan menuntaskan persoalan.

Sekolah perlu terus membuka diri pada perubahan, guru jangan segan beradaptasi dengan kebaruan. Agar belajar menjadi proses yang menyenangkan, agar kreatifitas terus ditumbuh kembangkan. Siswa niscaya akan haus pengetahuan, ijazah takkan mengakhiri proses pembelajaran. Inilah pengajaran yang memanusiakan manusia, bukan pendidikan yang mengkerdilkan siswa.

Tinggal tunggu waktu lahirnya generasi pencipta, mereka yang akan harumkan Indonesia dengan karya. Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan Indonesia tak mungkin bertahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments system

Disqus Shortname