Yakob Godlif
Malatuny, S.Pd., M.Pd
Tulisan ini mengupas
kisah inspiratif sang guru sekaligus pengawas pendidikan berkelahiran Manglusi
yang bernama Leonardus Batkunde, sebagai apresiasi atas hidupnya yang berwarna
pengabdian bagi setiap generasi bangsa di Kecamatan Nirunmas, Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Jujur, penulis mengakui bahwa jiwa sang guru hidup di masa
silam karena masa kini begitu cepat melaju, namun pengabdiannya tak pernah
surut ke belakang, tak mengenal kadaluwarsa, bahkan tak lekang oleh waktu.
Baginya mengabdi kepada
negara yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan tugas mulia yang mesti
dituntaskan dengan segenap rasa dan karsa hingga masa purna. Tak heran jika
sang guru kerap kali mengutarakan kisahnya di masa silam yang sarat akan
inspirasi dan berwarna pengabdian layaknya memutar himne kemenangan yang bisa
menyentuh nurani dan membakar spirit setiap anak didiknya untuk selalu memandang
lebih jauh, menggapai, dan melampaui asa di masa mendatang. Sebab hidup tanpa
orientasi ke depan, doa dan perjuangan tak akan terwujud, hidup akan menjadi
dingin, mandul bahkan membosankan.
Hidup sang guru berwarna
pengabdian dan lewat motif dingin didikannya melahirkan generasi yang berguna
bagi nusa-bangsa pada umumnya dan bagi warga di Kecamatan Nirunmas pada
khususnya. Lebih dari itu, ia telah menapak jejak lahirnya anak didik yang
bermartabat di era kekinian. Kini maupun masa mendatang anak didiknya satu per
satu akan bersaksi tetang sepak terjang pengabdiannya.
Selama pengabdian sang
guru yang diberi jabatan pengawas ini kerap kali diterpa oleh tantangan
yang berat seperti medan menuju sekolah yang mengharuskan ia berjalan kaki
karena tak ada kendaraan roda dua maupun roda empat untuk ditumpangi, cuaca
musim yang kadang tak bersahabat, bahkan kondisi guru maupun sekolah yang
mengharuskan ia untuk membenahi.
Kini, sang guru yang hidupnya sudah memasuki
setengah abad ini menaruh harapan besar di pundak setiap guru seperti berikut.
Kesatu, semua guru mestinya lebih semangat mendidik setiap anak didik,
terlebih lagi guru tak boleh bolos mendidik anak didik, setiap hari mereka
mesti menerima asupan ilmu di kepala. Kedua, semua guru mesti berpacu untuk
meningkatkan mutu pendidikan karena realitas membuktikan hanya sebagian guru
yang bersemangat meningkatkan mutu pendidikan.
Ketiga, kepala sekolah
sebagai pemimpin mestinya lebih piawai dalam memanajemen sistem sekolah agar
terjadi peningkatan mutu baik di kalangan guru maupun anak didik. Dan
berbagai harapan besar lainnya dari sang guru yang tak dapat ditulis satu per
satu dalam halaman ini akan terlihat menjadi perbuatan sepanjang
pengabdiannya. Karena sang guru datang ke dunia untuk menuliskan namanya pada
wajah pendidikan dengan huruf-huruf pengabdian.
Akhirnya pesan penting dari
sang guru yang didiberi jabatan pengawas pendidikan bagi setiap guru di
Kecamatan Nirunmas dengan mengutip catatan Najwa Shihab.
Belajar dari Ki Hajar
Dewantara.
Tugas guru bukan
menjejalkan pelajaran, guru harus menghidupkan pengetahuan. Kebenaran guru
bukan hal yang absolut, karena murid bukan kerbau yang harus serba nurut. Kelas
bukan untuk menyucikan diktat penuh angka, pengetahuan bukan ayat-ayat penuh
dogma. Ilmu jangan hanya obyek hafalan, ilmu untuk memahami dan menuntaskan
persoalan.
Sekolah perlu terus
membuka diri pada perubahan, guru jangan segan beradaptasi dengan kebaruan.
Agar belajar menjadi proses yang menyenangkan, agar kreatifitas terus ditumbuh
kembangkan. Siswa niscaya akan haus pengetahuan, ijazah takkan mengakhiri
proses pembelajaran. Inilah pengajaran yang memanusiakan manusia, bukan
pendidikan yang mengkerdilkan siswa.
Tinggal tunggu waktu lahirnya
generasi pencipta, mereka yang akan harumkan Indonesia dengan karya. Hanya
pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan Indonesia tak
mungkin bertahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar