ITHACA, (PR).- Memasuki tahun ajaran baru di kampus AS dan Kanada yang
dimulai Kamis 8 September 2016 ini, dua bocah jenius Asia tercatat
sebagai mahasiswa termuda di dua kampus ternama di negara tersebut.
Salah satunya, Cendikiawan Suryaatmadja atau Diki (12), anak Indonesia
yang kini menempuh studi di Waterloo University, Kanada.
Diki merupakan anak kedua dari pasutri asli Indonesia. Diki menuntaskan pendidikan dasar lewat kejar paket A, B dan C sebelum kemudian mendapat beasiswa dari kampus ternama di Ontario, Kanada, Waterloo University. Diki juga merupakan anak didikan Prof Yohanes Surya dan sempat mendapatkan medali perunggu dalam Olimpiade Fisika beberapa waktu lalu.
Laman CTV News Kanada menyebutkan Diki adalah mahasiswa termuda di Kanada. Dia datang ke Kanada setelah lolos beasiswa dari kampus ternama Waterloo University. Di kampus tersebut, Diki akan mengambil jurusan Fisika.
Kampus Waterloo tak mempersoalkan usai saat menerima mahasiswa baru. Selama mereka lulus ujian, akan diterima. "Dia memiliki nilai yang luar biasa sehingga sepenuhnya siap secara akademis," ujar staf penerimaan mahasiswa baru Waterloo, Andre Jardin kepada CTV News Kanada.
Sementara Diki mengaku sangat senang, meskipun sedikit agak gugup karena sebelumnya hampir semua jenjang pendidikan dasar ditempuh di Indonesia. Pengalaman sekolah di luar negeri pernah dirasakannya saat ortunya mengirim dia Singapura selama enam bulan.
"Saya sangat senang tetapi sedikit gugup terkait transisi budaya," ujar Suryaatmadja, Rabu, seperti dilaporkan CCTV.
Bocah jenius lainnya ialah Jeremy Shuler (12), anak dari pasangan campuran AS dan Korsel tersebut saat ini telah diterima di kampus ternama Cornell University, Ithaca. Dia akan mengambil jurusan teknik Fisika.
Dilansir The Guardian, Jeremy merupakan putra dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai peneliti luar angkasa. Dilansir The Guardian, ayah Jeremy adalah doktor ilmu luar angkasa bernama Andy Shuler yang merupakan warga Texas, AS, sedangkan istrinya yang juga doktor luar angkasa merupakan wanita asli Korsel bernama Harrey Shuler, tetapi telah lama menetap di AS dan menjadi warga negara setempat.
Ibunda Jeremy mengatakan bahwa kejeniusan anaknya telah terlihat sejak masih bayi. “Sejak bayi, dia sudah terlihat sangat cerdas dan juga secara fisik sangat kuat," ujar Harrey Shuler yang memilih menyekolahkan anaknya di rumah tersebut sebelum Shuler masuk perguruan tinggi.
Ditambahkan Harrey, di usia tiga bulan, putra sulungnya tersebut sudah bisa membaca semua abjad dan mengenal angka. Kemudian di usia 15 bulan, Jeremy telah mahir membaca buku dalam bahasa Inggris. Kemudian pada usia 21 bulan, Jeremy fasih membaca buku dalam bahasa Korea, bahasa asli ibunya.
Selanjutnya, kata Harrey, pada usia lima tahun, Jeremy tamat membaca buku supertebal “The Lord of the Rings” dan “Journey Through Genius: The Great Theorems of Mathematics”. Sadar anaknya sangat cerdas, Harrey pun merasa taman kanak-kanak tak akan bermanfaat buat putranya itu. "Mendaftarkan anak saya ke TK akan menjadi hal yang sia-sia," ujar Harrey dikutip The Guardian. Hal inilah yang membuat Jeremy mendapatkan pendidikan dasar di rumah. Dia diajar sendiri oleh ibunya yang memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai peneliti dirgantara tersebut.
Setelah menamatkan pendidikan dasar, Jeremy pun didaftarkan ke kampur ternama di AS, Cornell University. Dua lulus ujian dengan hasil terbaik yang membuatnya diterima sebagai mahasiswa di kampus tersebut. Orang tua Jeremy sempat khawatir dengan pergaulan di kampus karena usai teman-teman Jeremy jauh lebih tua. Namun, Harrey mengatakan, Jeremy sendiri sejak kecil telah terbias abergaul dengabn orang-orang yang usainya jauh lebih tua. Bahkan, kata Harrey, Jeremy tak nyaman saat bergaul dengan teman sebaya.
Otoritas kampus Cornell mengatakan bahwa masuknya Jeremy merupakan hal yang menarik. "Meskipun hal ini sangat tidak biasa, kami yakin, dengan dorongan kuat dari orangtuanya dan bakatnya yang luar biasa, ia akan mampu menjalani smeua perkuliahan di Cornell University," ujar DEkan Fakultas Teknik Cornel University Lance Collins.
Jeremy sendiri kepada The Guardian mengaku sangat senang bisa kuliah di Cornell, kampus yang selama ini diidamkannya. "Saya senang sekali diterima di kampus ini, meski awalnya agak khawatir. Mama saya bilang, di kampus ini usia teman-teman saya jauh lebih tua. Ini tak masalah karena saya juga sudah terbiasa bergaul dengan teman-teman yang usianya jauh lebih tua. Pokoknya, selama mereka suka matematika dan fisika, ini tak masalah," ujar Jeremy yan juga menyukai seni tersebut. (Huminca Sinaga)****
Diki merupakan anak kedua dari pasutri asli Indonesia. Diki menuntaskan pendidikan dasar lewat kejar paket A, B dan C sebelum kemudian mendapat beasiswa dari kampus ternama di Ontario, Kanada, Waterloo University. Diki juga merupakan anak didikan Prof Yohanes Surya dan sempat mendapatkan medali perunggu dalam Olimpiade Fisika beberapa waktu lalu.
Laman CTV News Kanada menyebutkan Diki adalah mahasiswa termuda di Kanada. Dia datang ke Kanada setelah lolos beasiswa dari kampus ternama Waterloo University. Di kampus tersebut, Diki akan mengambil jurusan Fisika.
Kampus Waterloo tak mempersoalkan usai saat menerima mahasiswa baru. Selama mereka lulus ujian, akan diterima. "Dia memiliki nilai yang luar biasa sehingga sepenuhnya siap secara akademis," ujar staf penerimaan mahasiswa baru Waterloo, Andre Jardin kepada CTV News Kanada.
Sementara Diki mengaku sangat senang, meskipun sedikit agak gugup karena sebelumnya hampir semua jenjang pendidikan dasar ditempuh di Indonesia. Pengalaman sekolah di luar negeri pernah dirasakannya saat ortunya mengirim dia Singapura selama enam bulan.
"Saya sangat senang tetapi sedikit gugup terkait transisi budaya," ujar Suryaatmadja, Rabu, seperti dilaporkan CCTV.
Bocah jenius lainnya ialah Jeremy Shuler (12), anak dari pasangan campuran AS dan Korsel tersebut saat ini telah diterima di kampus ternama Cornell University, Ithaca. Dia akan mengambil jurusan teknik Fisika.
Dilansir The Guardian, Jeremy merupakan putra dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai peneliti luar angkasa. Dilansir The Guardian, ayah Jeremy adalah doktor ilmu luar angkasa bernama Andy Shuler yang merupakan warga Texas, AS, sedangkan istrinya yang juga doktor luar angkasa merupakan wanita asli Korsel bernama Harrey Shuler, tetapi telah lama menetap di AS dan menjadi warga negara setempat.
Ibunda Jeremy mengatakan bahwa kejeniusan anaknya telah terlihat sejak masih bayi. “Sejak bayi, dia sudah terlihat sangat cerdas dan juga secara fisik sangat kuat," ujar Harrey Shuler yang memilih menyekolahkan anaknya di rumah tersebut sebelum Shuler masuk perguruan tinggi.
Ditambahkan Harrey, di usia tiga bulan, putra sulungnya tersebut sudah bisa membaca semua abjad dan mengenal angka. Kemudian di usia 15 bulan, Jeremy telah mahir membaca buku dalam bahasa Inggris. Kemudian pada usia 21 bulan, Jeremy fasih membaca buku dalam bahasa Korea, bahasa asli ibunya.
Selanjutnya, kata Harrey, pada usia lima tahun, Jeremy tamat membaca buku supertebal “The Lord of the Rings” dan “Journey Through Genius: The Great Theorems of Mathematics”. Sadar anaknya sangat cerdas, Harrey pun merasa taman kanak-kanak tak akan bermanfaat buat putranya itu. "Mendaftarkan anak saya ke TK akan menjadi hal yang sia-sia," ujar Harrey dikutip The Guardian. Hal inilah yang membuat Jeremy mendapatkan pendidikan dasar di rumah. Dia diajar sendiri oleh ibunya yang memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai peneliti dirgantara tersebut.
Setelah menamatkan pendidikan dasar, Jeremy pun didaftarkan ke kampur ternama di AS, Cornell University. Dua lulus ujian dengan hasil terbaik yang membuatnya diterima sebagai mahasiswa di kampus tersebut. Orang tua Jeremy sempat khawatir dengan pergaulan di kampus karena usai teman-teman Jeremy jauh lebih tua. Namun, Harrey mengatakan, Jeremy sendiri sejak kecil telah terbias abergaul dengabn orang-orang yang usainya jauh lebih tua. Bahkan, kata Harrey, Jeremy tak nyaman saat bergaul dengan teman sebaya.
Otoritas kampus Cornell mengatakan bahwa masuknya Jeremy merupakan hal yang menarik. "Meskipun hal ini sangat tidak biasa, kami yakin, dengan dorongan kuat dari orangtuanya dan bakatnya yang luar biasa, ia akan mampu menjalani smeua perkuliahan di Cornell University," ujar DEkan Fakultas Teknik Cornel University Lance Collins.
Jeremy sendiri kepada The Guardian mengaku sangat senang bisa kuliah di Cornell, kampus yang selama ini diidamkannya. "Saya senang sekali diterima di kampus ini, meski awalnya agak khawatir. Mama saya bilang, di kampus ini usia teman-teman saya jauh lebih tua. Ini tak masalah karena saya juga sudah terbiasa bergaul dengan teman-teman yang usianya jauh lebih tua. Pokoknya, selama mereka suka matematika dan fisika, ini tak masalah," ujar Jeremy yan juga menyukai seni tersebut. (Huminca Sinaga)****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar