Kamis, 20 Oktober 2016

Implementasi Teori Dramaturgi


Oleh
~Godlief Malatuny~
(Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia)

Lampu lalu lintas masih berwarna kuning ketika Jack mamacu sepeda motornya, melewati perempatan jalan. Bunyi peluit polisi menghentikannya seketika.
“Selamat siang Pak, bisa lihat surat-suratnya,” salam sapa khas polisi ketika hendak menilang pengendara sepeda motor. Jack segera mengeluarkan SIM dan STNK.
Pak, ikut saya ke Pos di depan, Polisi itu menunjuk ke pos polisi di ujung barat perempatan.
“Bapak tahu kan, lampu sudah menyala merah?” tanya polisi.
“Lho, tadi masih kuning kok, Pak” Jack mencoba membela diri, tapi nampaknya sia-sia.
“Saya lihat sendiri, Bapak melanggar!” Jack kini pasrah.
“OK, Bapak mau nitip denda sekarang atau ikut sidang?
Jack tak langsung menjawab, nampak ekspresi bimbang di wajahnya.
“Saya ikut sidang aja deh, Pak” jawab Jack, akhirnya polisi itu tak berkata-kata lagi, segera ditulisnya surat tilang untuk Jack.

Dalam kehidupan setiap orang selalu berganti peran, sesuai dengan panggung yang dihadapinya. Kisah di atas mungkin menjadi bagian dari panggung yang pernah kita alami.
Lihatlah peran polisi itu, pada awalnya ia berperan sebagai penegak hukum yang baik, namun tak lama kemudian (ketika di pos polisi) ia kemudian berperan sebagai “pemeras”.
Jack sebaliknya, di saat yang sulit ia mencoba perperan menjadi warga negara yang baik yaitu taat hukum.

Teori dramaturgi ini mengungkap sisi kehidupan manusia bahwa sejatinya kita hidup dari satu panggung ke panggung yang lain.
Dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia.
Kita lihat kembali contoh di atas, bagaimana seorang polisi memilih perannya, juga seorang warga negara biasa memilih sendiri peran yang diiginkannya.

Erving Goffman seorang Guru Besar yang pernah menjabat sebagai Presiden dari American Sociological (1981-1982), menyebut Dramaturgi sebagai bagian depan (front) dan bagian belakang (back).
Front mencakup, setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk mengekspresikan diri).
Sedangkan bagian belakang adalah the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi acting atau penampilan diri yang ada pada Front.

Sadarilah bahwa Anda sedang melakoni setiap sesi kehidupan dalam panggung sandiwara yang tidak jauh berbeda dengan film dan sinetron.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments system

Disqus Shortname