Kamis, 20 Oktober 2016

UTAMAKAN “NATIONAL INTEREST” NEGARA INDONESIA DI BLOK MASELA

Oleh :
Yakob Godlif Malatuny
(Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia)


Blok Masela yang terletak di laut Arafuru, sebelah selatan Pulau Tanimbar, Maluku menjadi buah bibir diantara insan media, pemerintah, dan masyarakat Indonesia. Jutaan mata orang Maluku menyaksikan polemik soal ladang gas terbesar yang sudah berjalan begitu lama, namun kembali mencuat di publik pada tahun 2015 hingga kini.
Pemerintah Indonesia, masyarakat, bahkan invertor asing pun melirik dan mengharapkan keuntungan besar dari kekayaan alam di Maluku ini. Bagi mereka yang menginginkan keutungan dari hasil pengelolaan Blok Masela selalu berupaya dengan segala cara, entah halal maupun haram demi mencapai kepentingannya.
Para pemangku kebijakan di negara ini, baik pusat maupun daerah harus ekstra hati-hati untuk mengelola ladang gas terbesar ini. Hal yang perlu diwaspadai adalah ada dua kepentingan besar yang diperebutkan dalam kerjasama Internasional saat ini yaitu sumber daya pangan dan energi. Bila dikategorikan maka, Blok Masela termasuk dalam sumber daya energi yang terdiri dari gas.
Sementara itu, dalam kerjasama Internasional dari berbagai negara termasuk investornya, selalu mengutamakan Kepentingan Nasional (National Interest) diatas kepentingan negara lain. Berangkat dari pemahaman teori tentang Kepentingan Nasional (National Interest Theory) yang dicetuskan oleh Morgenthau (1951), bahwa untuk kelangsungan hidup suatu Negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain yaitu mencapai kepentingan nasionalnya.
National interest menentukan langkah politik luar negeri yang diambil, dengkan kata lain, suatu Negara akan menentukan kebijakan politik luar negerinya sesuai dengan kepentingan negaranya. Kunci sukses dalam menjalankan politik luar negeri yaitu sekedar bekerjasama dengan negara lain untuk mencapai kepentingan nasionalnya. 
Berdasarkan teori ini maka, kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan investor asing yakni perusahaan minyak asal Jepang, Inpex Corporation untuk mengelola Blok Masela seharusnya difokuskan agar lebih mengutamakan salah satu Kepentingan Nasional (National Interest) yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat “memajukan kesejahteraan umum”.
Kepentingan Nasional VS Kepentingan Asing
National Interest Negara Indonesia harus digunakan sebagai tolok ukur atau kriteria pokok pengambilan keputusan (decision makers) dalam merumuskan dan menetapkan kerjasama dengan perusahaan minyak asal Jepang, Inpex Corporation. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional negara ini demi memajukan kesejahteraan umum.
Bandingkan saja, kepentingan nasional dengan kepentingan investor asing dalam mengelola kakayaan alam di Negara Indonesia, kurun waktu setelah reformasi. Tahun 2011, pertambangan nasional dikuasai bangsa sendiri 25% dan dikuasai asing 75%, industri minyak bumi dan gas tahun 2009, dari 69,9% dominasi asing, 70% dikuasai perusahan asal Amerika Serikat. Industri telekomunikasi, kepemilikan asing SmartFren Telecom 23,91%, Telkomsel 35%, Hutchinsol 60%, Indosat 70,14%, XL Axiata 80%, dan Natrindo 95%. Industri kelapa sawit juga dikuasai asing, data per-2015 menunjukan, Guthrie Bhd (Malaysia) menguasai 167. 908 hektare, Wilmar Internasional Group (Singapura) 85.000 hektare, Hindoli-Cargil (Amerika Serikat) 63.455 hektare, Kuala Lumpur Kepong Bhd (Malaysia) 45.714 hektare, SIPEF Group (Belgia) 30.952 hektare, Golden Hope Group (Malaysia) 12.810 hektare.
Kementerian Perdagangan pada Oktober 2013 melaporkan sembilan bahan pokok (sembako) yang menjadi kebutuhan dasar rakyat juga dikuasai asing. Komodasi kedelai dengan nilai import 425,8 juta dolar AS, dikuasai AS, Malaysia, Etopia, Argentina, dan Ukraina, terigu dengan nilai impor 34,11 juta dolar AS dikuasai Srilangka, India, Ukraina, Turki, Jepang dan lainnya, gula pasir dengan nilai impor 18,15 juta dolar AS dikuasai Thailand, Malaysia, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, dan lainnya, daging sapi dengan nilai impor 65,19 juta dolar AS dikuasai Australia, Selandia Baru, dan AS, serta daging ayam dengan nilai impor 30,26 juta dolar AS dikuasai Malaysia dan Belgia.   
Praksis, sumber daya yang dimiliki Negara Indonesia sudah habis dikuasai asing dan saat ini pun ada kepentingan asing di Blok Masela, maka yang menjadi pertanyaan, apakah Kepentingan Nasional (National Interest) Negara Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum bisa tercapai sepenuhnya, jika bekerjasama dengan perusahaan minyak asal Jepang, Inpex Corporation? Menjawab pertanyaan ini, maka penulis berasumsi sesuai dengan realita bahwa kekayaan alam di Negara Indonesia sejak dahulu hingga sekarang sebagian besar dikuasai oleh asing yang selalu mengutamakan kepentingannya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketimbang keuntungan yang diperoleh Negara Indonesia, temasuk perusahan asing asal Jepang, Inpex Corporation yang mengelola Blok Masel saat ini. Dengan demikian Kepentingan Nasional (National Interest) Negara Indonesia untuk memajukan hajat hidup orang banyak tidak dapat tercapai sepenuhnya, selama masih ada campur tangan asing untuk mengelola gas terbesar ini.
Langkah bijak untuk menyelamatkan kekayaan alam Indonesia yaitu Pemerintah perlu mandiri dan berupaya dengan segala cara untuk mengelola Blok Masela, karena kekayaan alam ini milik Negara dan dikuasai oleh Negara sepenuhnya dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan hajat hidup rakyat Indonesia, khususnya di Maluku, hal ini seperti yang tertuang dalam Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pemerintah Indonesia harus memberikan peluang bagi investor dalam negeri untuk mengelola gas terbesar ini, agar kepentingan nasional yang sudah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dapat terwujud.  
Ingatlah kata-kata dari Founding Father kita Ir. Soekarno “Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments system

Disqus Shortname